Jumat, 27 Juni 2008

ARIA WIRATANUDATAR

[Drama musikal oleh anak-anak kelas 5 SD Pantara.
Diangkat dari kisah rakyat Betawi.
Dipentaskan dalam acara KAT 2006,
El-Shaddai, //Lembang Bandung, 26 Juni 2006]

Musik : Tetalu Topeng Betawi
Narator : Cerita Betawi ARIA WIRATANUDATAR
Ini adalah kisah tentang dua orang bersaudara yang sabar dan setia pada
janji. Namanya ARIA Wiratanudatar dan Aria Prabangsa. Hari ini mereka
sedang ada di hutan…
Musik : Pine Forest Repose [track 5:Mountain Sunrise Peacefull]
Aria Wiratanu: (Memanggul kayu bakar)
Aduuh, capek juga nih seharian mengumpulkan kayu di hutan.
Aria Prabangsa: Iya, ya... Bagaimana kalau kita beristirahat dulu di sini?
Aria Wiratanu: Boleh boleh ... Saya juga capek sekali...
Narator : Karena terlalu lelah, mereka pun tertidur.....
Dalam tidurnya mereka berdua bermimpi. Anehnya mimpi keduanya sama.
Mereka didatangi oleh Kakek Berjubah Putih.

Rabu, 05 Desember 2007

THE SHOW OFF

Diterjemahkan dari artikel di website
disciplinhelp.com




A. PERILAKU


Sikap dan perilaku tertentu yang ditunjukkan anak ini di rumah dan di sekolahnya:


  1. Tampak seperti siswa yang baik.
  2. Rangkingnya bagus.
  3. Inginnya semua orang tahu bahwa dirinya cerdas.
  4. Mencari perhatian dan penghargaan melalui kegiatan kelas dan ulangan.
  5. Bertindak superior.
  6. Mendominasi dan meremehkan masukan dari orang lain.
  7. Menampakkan perilaku kompetitif yang ditempatkannya secara salah, sehingga timbul suasana konfrontatif atau pertentangan.
  8. Berjuang mati-matian agar bisa diterima dan dapat menjalin hubungan baik.
  9. Merasa senang apabila teman sekelasnya tidak bisa menjawab soal.
  10. Mungkin ia amat kreatif.
  11. Selalu melihat dengan cara yang berbeda kalau melakukan sesuatu.


SEKILAS TENTANG DISLEKSIA

Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat
dari artikel di http://mentalhelp.net/factsfam/dyslexia.htm

A. Pendahuluan
Disleksia adalah sejenis kesulitan belajar (learning disability) yang ditandai dengan kesulitan dalam membaca. Beberapa anak disleksia juga berke­mungkinan mengalami kesulitan menulis, dan
kadang-kadang juga kesulitan berbicara atau berhitung. Kita belum dapat memastikan apa sebenarnya yang menyebabkan anak menjadi disleksia. Yang kita tahu, hal itu amat mempengaruhi anak yang pada dasarnya sehat secara fisik dan emosional, memiliki kemampuan akademis, dan berasal dari lingkungan keluarga yang cukup baik. Sebenarnya, banyak anak disleksia mempunyai potensi untuk berprestasi yang amat luar biasa, kecakapan mental yang tinggi, serta orangtuanya berasal dari kalangan terdidik dan menganggap penting belajar.

Masalah membaca dengan berbagai macam bentuknya merupakan masalah pen­ting bagi para anak sekolah. Adapun, para periset telah menemukan beberapa pe­nye­bab masalah tersebut. Dewasa ini, para guru kebanyakan menerima temuan-temuan hasil riset itu untuk kemudian menggunakannya dalam penyusunan program pembe­lajaran. Namun, ada sebagian kecil anak yang memiliki kesulitan dalam belajar mem­baca tapi tidak sepenuhnya sesuai dengan hasil temuan tersebut. Anak-anak ini disebut anak disleksia. Walaupun upaya untuk memperkirakan prevalensi anak dislek­sia merupakan hal yang sulit, beberapa periset memperkirakan bahwa sekitar 15 persen siswa Amerika Serikat diklasifikasikan sebagai anak disleksia.



B. Definisi Disleksia
Selama beberapa tahun, istilah disleksia memiliki beragam definisi, dan dengan alasan tersebut, para guru jadi enggan menggunakan kesemua istilah itu. Bahkan, mereka telah menggunakan istilah seperti “reading disability” (kesulitan membaca) atau learning disability untuk menggambarkan kondisi yang dirasa lebih tepat sebagaimana istilah disleksia. 


 Selanjutnya . . . 

Selasa, 02 Oktober 2007

B E L A J A R

Oleh Ratih Zimmer
Alih Bahasa oleh Untung S. Drazat

SD Pantara Kebayoran Baru, Jakarta


Belajar merupakan sesuatu yang umum. Kita belajar tentang sebuah rute baru, nama-nama orang, dan acara TV malam ini. Kita juga belajar berenang, belajar meletakkan papan nama, ataupun belajar cara menerbangkan helikopter. Kita pun mempelajari sejarah seni, mempelajari lima keagungan Tuhan, bahasa asing, maupun belajar mengenai sebuah pernyataan yang menjadi kalimat hukum. Belajar adalah sesuatu yang umum, tapi apakah itu? Apa belajar itu? Bagaimana caranya? Sesuatu yang umum tapi misterius. Mari kita simak uraian berikut.
 

Makhluk selain manusia semuanya mampu mempelajari keterampilan maupun konsep-konsep, baik di habitat alaminya maupun di laboratorium. Bahkan bakteri yang amat kecil, yang tidak memiliki inteligensi, ternyata mampu melakukan suatu trik di lab. Sedangkan raga/fisik manusia sebenarnya tidak bisa belajar. Mengapa begitu? Kita tidak bisa melakukan kegiatan belajar selama kita tidur, ‘kan? Mengapa? Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa saja belajar berjalan di atas bara tanpa kakinya terluka, namun ia tentu saja tidak dapat belajar berjalan di atas air tanpa melakukan suatu latihan tertentu. Jadi, apa saja yang bisa dipelajari dan apa yang tidak?
 

ANAK ANDA INGIN SELALU DIPUJI?

Oleh Paul Kropp
Alih Bahasa: Untung S Drazat
[
dari Readers Digest, Edisi Juli 2000]



Dewasa ini, perasaan rendah diri muncul sebagai “avitaminosis emosional” yang bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Karena pertumbuhannya yang begitu pesat, rasa percaya diri seakan-akan tak bisa dikendalikan lagi. Layaknya sebuah rak buku yang melengkung karena jumlah bukunya kebanyakan, anak kita seakan berada di ambang “anemia emosional” jika kita lupa memberi pujian kepadanya.
 
Beberapa tahun yang lalu, saya mengajar seorang anak. Mike namanya. Kedua orangtuanya adalah dokter yang berulang kali menyatakan bahwa Mike tidak bisa lagi meningkatkan kemampuannya. Dan hal itu dinyatakan pula secara langsung kepada Mike sendiri. Mike pun stress lalu menjadi sering tampak gagap dan gugup. Bahkan, saat ia memperoleh nilai ulangan di atas rata-rata ia tetap menampakkan gejala itu. 


Selanjutnya . . .


GAYA BELAJAR

Bila pembelajaran tampak sukar …
Ajarkan anak anda gaya pembelajaran yang membuatnya
menjadi mudah!

Oleh
Pat Wyman, M.A.
[Staf Pengajar Bidang Pendidikan di Universitas California, Hayward,
Sonoma State University, Divisi Ekstensi]
Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat



Masing-masing orang memiliki keunikan sendiri dalam cara belajarnya. Hikmah dari keunikan itu telah melahirkan seniman yang andal, musisi besar, dan medali emas bagi para atlet. Namun demikian, acapkali pengajaran di kelas diselenggarakan dengan cara yang amat berbeda dengan gaya belajar siswanya.

Akibatnya, anak menjadi tak berkembang, kurang percaya diri, tidak naik kelas dan mungkin jadi tidak kerasan bila berada di sekolah. Padahal ada solusinya.
Artikel berikut membahas tentang gaya-gaya belajar yang akan memperjelas bagaimana cara memecahkan “masalah” belajar pada anak atau siswa. Masalah yang mungkin tengah Anda hadapi

Selanjutnya . . . .

SEBAB-MUSABAB AUTISM

Riset terbaru mengenai penyebab gangguan aneh ini
difokuskan pada masalah gen yang mengontrol
perkembangan otak


Patricia M. Rodier


Autism masih merupakan suatu hal yang memukau para ilmuwan selama lebih dari setengah abad. Kompleks perilakunya meliputi simptom-simptom beragam, yang kebanyakan muncul sebelum anak menginjak usia tiga tahun. Anak autism tidak dapat menginterpretasikan ke-adaan emosi orang lain, memahami suasana tegang atau marah, sedih atau perasaan men-dalam lainnya. Kemampuan berbahasanya amat terbatas, sehingga mereka sering mengalami kesulitan untuk memulai percakapan. Mereka juga sering manampakkan keasyikannya mela-kukan suatu kegiatan atau objek tertentu, maupun melakukan isyarat yang itu-itu saja.
 

Pola perilaku seperti itu akan menguras tenaganya. Bagaimana kiranya Anda dapat memasukkan anak tersebut ke dalam kelas apabila Anda tidak dapat mencegahnya agar tidak membentur-benturkan kepalanya ke meja? Bagaimana ia mau bergaul dengan Anda apabila Anda tak mengerti apa yang diinginkannya? Bila anak autism itu juga mengalami MR –seba-gaimana kebanyakan di antaranya– diperkirakan kondisinya akan kian buruk. Terapi perilaku (behavior therapy) akan dapat memperbaiki kondisi sebagian di antara mereka, tetapi mustahil terapi itu dapat membebaskan mereka dari seluruh simptom autistiknya, biarpun mereka memiliki IQ normal.