Jumat, 23 Januari 2009

MENGABDI DEMI ANAK-ANAK ISTIMEWA



[dikutip dari Rubrik PROFESI, Koran Tempo Minggu, 3 Juni 2007]
Oleh Efri Ritonga

Tantangannya adalah menarik keluar potensi
anak-anak yang memiliki kesulitan belajar.

Di sebuah ruang serbaguna yang tak seberapa luas, delapan orang murid kelas I dan II Sekolah Dasar Pantara sedang berlatih menyanyikan lagu Burung Hantu. Mereka dibimbing dua orang guru dan dua pemain musik. ”Kami berlatih untuk acara perpisahan murid kelas VI,” kata Untung Sudrajat, Kepala SD Pantara, Kebayoran Baru Jakarta, Kamis (31/5/2007) lalu.

Dilihat
sepintas tidak ada yang aneh pada anak-anak lucu itu. Tapi, setelah beberapa lama, anggota kelompok olah vokal amatiran ini mulai berserakan. Dua orang anak, yang segera diikuti anak-anak lainnya, berlari keluar dari barisan dan bermain di salah satu sudut ruangan. Sebentar-sebentar, Untung dan rekan-rekannya meminta mereka kembali ke tempat masing-masing.

Sabtu, 23 Agustus 2008

LAMPIRAN KERANGKA PEMBELAJARAN ABB

METODE SELUSUR (V-A-K-T)
Pra-Membaca dan Membaca Permulaan
dengan Pendekatan Perkembangan
¨ Prinsip : mendayagunakan sebanyak-banyaknya kemampuan sensoris atau
penginderaan
1. Visual : penglihatan
2. Auditori : pendengaran
3. Taktil : perabaan
4. Kinestetik : kesadaran pola gerak
¨ Langkah-langkah
1. Perlihatkan sebuah huruf berukuran besar
2. Guru menyebutkan nama huruf & anak mengulanginya
3. Guru mencontohkan cara menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan
4. Anak menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan sendiri.
5. Saat menelusuri pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
6. Ulangi kegiatan tersebut dua atau tiga kali.
7. Berikan anak selembar kertas berisi pola titik-titik huruf tersebut.
8. Anak merangkaikan titik-titik pola huruf tersebut.
9. Saat merangkaikan titik-titik pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
10. Anak “menuliskan” pola huruf di udara, sambil membunyikan nama hurufnya.
11. Tugaskan anak menulis huruf tersebut di kertas polos, sambil membunyikan nama hurufnya.
(Fernald,1988 & Gillingham, 1976 dalam Lerner, 2000)

Jumat, 22 Agustus 2008

BAHASA DAN BUDAYA

“Chapter 3 – Language and Cultre”:
Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat 
dari Language Teaching --A Scientific Approach
Karya Robert Lado
 
Bahasa tidaklah berkembang dalam ruang hampa. Bahasa adalah bagian dari suatu kebudayaan dan menjadi bagian terpenting dalam komunikasi masyarakatnya. Bahasa adalah salah satu unsur dari budaya sekaligus menjadi pusat dalam jalinan kerja antarunsur tersebut.

Perbedaan kultural (makna budaya) merupakan salah satu masalah dalam mempelajari bahasa asing. Orang Eskimo, misalnya, mempunyai banyak kata yang berbeda untuk “salju”. Hal ini karena pengalaman dan pengamatan mereka yang cermat terhadap salju. Karena salju penting bagi kehidupan mereka. Jadi, sebagai alat komunikasi, bahasa menyediakan beragam kata dan frasa yang spesifik untuk sesuatu yang dianggap penting dan sering ditemukan dalam suatu lingkup budaya.

Jumat, 27 Juni 2008

IMAGE OF THE BRAIN

Transleted By Untung S. Drazat


Sistem dinamika kontrol pembentuk sistem persarafan pada dasanya merupakan perpaduan dari sel-sel saraf atau neuron yang tersusun sebagai jaringan yang saling kait satu sama lain. Sistem dinamika ini disebut glia. Otak (brain) dan spinal cord merupakan rangkaian utama yang mendasari berjalannya sistem ini. Dari bagian organ ini, jaringan persarafan yang luar biasa ini bisa menjangkau seluruh bagian tubuh.
 
Otak, sebagai sesuatu yang amat penting dan menakjubkan, adalah suatu bagian tubuh yang jarang dikenal orang strukturnya. Otak itu bewarna abu-abu lembut, dan padu. Bentuk dan ukurannya seperti buah acorn (sejenis buah labu?--penterjemah). Beratnya rata-rata sekitar tiga pon (satu setengah kilogram), panjangnya sekitar tiga inci ( + 7 ½ cm), dan lebar otak tengahnya sekitar satu inci ( + 2 ½ cm), bila diukur dari spinal cord ke atas (Gambar 1). Di sebelah otak tengah ini terletak sekumpulan kecil jaringan saraf, yaitu otak kecil atau cerrebelum. Di luar otak tengah dan cerrebelum tadi adalah cerebrum (jaringan otak utama atau otak kepala). 

Selanjutnya . . . . 

ARIA WIRATANUDATAR

[Drama musikal oleh anak-anak kelas 5 SD Pantara.
Diangkat dari kisah rakyat Betawi.
Dipentaskan dalam acara KAT 2006,
El-Shaddai, //Lembang Bandung, 26 Juni 2006]

Musik : Tetalu Topeng Betawi
Narator : Cerita Betawi ARIA WIRATANUDATAR
Ini adalah kisah tentang dua orang bersaudara yang sabar dan setia pada
janji. Namanya ARIA Wiratanudatar dan Aria Prabangsa. Hari ini mereka
sedang ada di hutan…
Musik : Pine Forest Repose [track 5:Mountain Sunrise Peacefull]
Aria Wiratanu: (Memanggul kayu bakar)
Aduuh, capek juga nih seharian mengumpulkan kayu di hutan.
Aria Prabangsa: Iya, ya... Bagaimana kalau kita beristirahat dulu di sini?
Aria Wiratanu: Boleh boleh ... Saya juga capek sekali...
Narator : Karena terlalu lelah, mereka pun tertidur.....
Dalam tidurnya mereka berdua bermimpi. Anehnya mimpi keduanya sama.
Mereka didatangi oleh Kakek Berjubah Putih.

Rabu, 05 Desember 2007

THE SHOW OFF

Diterjemahkan dari artikel di website
disciplinhelp.com




A. PERILAKU


Sikap dan perilaku tertentu yang ditunjukkan anak ini di rumah dan di sekolahnya:


  1. Tampak seperti siswa yang baik.
  2. Rangkingnya bagus.
  3. Inginnya semua orang tahu bahwa dirinya cerdas.
  4. Mencari perhatian dan penghargaan melalui kegiatan kelas dan ulangan.
  5. Bertindak superior.
  6. Mendominasi dan meremehkan masukan dari orang lain.
  7. Menampakkan perilaku kompetitif yang ditempatkannya secara salah, sehingga timbul suasana konfrontatif atau pertentangan.
  8. Berjuang mati-matian agar bisa diterima dan dapat menjalin hubungan baik.
  9. Merasa senang apabila teman sekelasnya tidak bisa menjawab soal.
  10. Mungkin ia amat kreatif.
  11. Selalu melihat dengan cara yang berbeda kalau melakukan sesuatu.


SEKILAS TENTANG DISLEKSIA

Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat
dari artikel di http://mentalhelp.net/factsfam/dyslexia.htm

A. Pendahuluan
Disleksia adalah sejenis kesulitan belajar (learning disability) yang ditandai dengan kesulitan dalam membaca. Beberapa anak disleksia juga berke­mungkinan mengalami kesulitan menulis, dan
kadang-kadang juga kesulitan berbicara atau berhitung. Kita belum dapat memastikan apa sebenarnya yang menyebabkan anak menjadi disleksia. Yang kita tahu, hal itu amat mempengaruhi anak yang pada dasarnya sehat secara fisik dan emosional, memiliki kemampuan akademis, dan berasal dari lingkungan keluarga yang cukup baik. Sebenarnya, banyak anak disleksia mempunyai potensi untuk berprestasi yang amat luar biasa, kecakapan mental yang tinggi, serta orangtuanya berasal dari kalangan terdidik dan menganggap penting belajar.

Masalah membaca dengan berbagai macam bentuknya merupakan masalah pen­ting bagi para anak sekolah. Adapun, para periset telah menemukan beberapa pe­nye­bab masalah tersebut. Dewasa ini, para guru kebanyakan menerima temuan-temuan hasil riset itu untuk kemudian menggunakannya dalam penyusunan program pembe­lajaran. Namun, ada sebagian kecil anak yang memiliki kesulitan dalam belajar mem­baca tapi tidak sepenuhnya sesuai dengan hasil temuan tersebut. Anak-anak ini disebut anak disleksia. Walaupun upaya untuk memperkirakan prevalensi anak dislek­sia merupakan hal yang sulit, beberapa periset memperkirakan bahwa sekitar 15 persen siswa Amerika Serikat diklasifikasikan sebagai anak disleksia.



B. Definisi Disleksia
Selama beberapa tahun, istilah disleksia memiliki beragam definisi, dan dengan alasan tersebut, para guru jadi enggan menggunakan kesemua istilah itu. Bahkan, mereka telah menggunakan istilah seperti “reading disability” (kesulitan membaca) atau learning disability untuk menggambarkan kondisi yang dirasa lebih tepat sebagaimana istilah disleksia. 


 Selanjutnya . . .