Jumat, 23 Januari 2009

SEKOLAH KHUSUS UNTUK ANAK-ANAK ISTIMEWA



[dikutip dari rubrik KELUARGA, Tabloid Wanita Indonesia,
No. 916, 25 Juni – 1 Juli 2007]
Oleh Dewi Muchtar

Saat ini ada 3 sampai 4 juta anak-anak
dengan kesulitan belajar spesifik di Indonesia.
Padahal, mereka memiliki potensi intelektual
yang baik
namun tidak muncul
dalam prestasi belajar di sekolah.



Perasaan Thea, 45 tahun, tak menentu dan jantungnya deg-degan saat kepala sekolah membagikan hasil nilai ujian siswa kelas 6 SD Pantara, yang terletak di Jalan Senopati Raya, Kebayoran Baru, Jakarta.

Seperti ibu-ibu lainnya, Thea tengah menunggu hasil ujian akhir putri sulungnya, Widiarthi Kusumoningtyas, 12, atau yang akrab disapa Ajeng.
Tak sampai menunggu lama, wajah ibu tiga putra ini berubah ceria ketika membaca pengumuman yang tertera di lembar kertas ukuran kwarto itu. Matanya terbelalak takjub dengan nilai yang tertera, Ajeng lulus dengan nilai rata-rata 7,5.

UNTUNG S. DRAZAT: MENYIAPKAN ANAK AUTIS


[dikutip dari Rubrik PROFESI, Majalah d’Maestro, edisi Juni 2004]
Oleh Dwi Ratih

Siang itu suasana kelas V di SD Pantara
di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
sangat meriah. Saat itu adalah sesi akhir
kegiatan belajar hari itu, saatnya mengevaluasi
target capaian murid yang dirumuskan sendiri
oleh masing-masing murid setiap minggunya.

Suasana riuh memenuhi ruang kelas berukuran sekitar 50 meter persegi itu. Murid-murid yang hanya terdiri dari 10 orang itu berebut memberikan penilaian terhadap target mingguan teman-temannya.

Suasana makin heboh karena ada seorang murid yang tidak terima dengan penilaian teman-temannya.
Adu argumentasi pun terjadi. Sang guru dengan berbagai jurus pendekatan, mencoba memberi penjelasan kepada si murid kenapa ia tidak mencapai target untuk ”tidak memancing perhatian teman-teman di kelas”. Tetapi, si murid tetap bersikeras tidak melakukan hal-hal yang memancing perhatian. Bahwa perbuatan membuka diari sebelum waktunya tidak membuat teman-temannya mengalihkan perhatian kepadanya. Akhirnya adu argumentasi diakhiri, dan kata sepakat didapati. Si murid dianggap tetap dinilai mencapai target, tetapi diminta untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Begitulah keseharian yang dihadapi Untung S. Drazat. Murid-murid yang dihadapi guru kelahiran Cirebon itu memang bukan seperti umumnya anak-anak lain. Mereka adalah anak-anak yang mengalami kesulitan belajar atau learning disablitities (LD) karena mengalami dyslexia, dysgraphia, dan dyscalculia, menyandang attention deficit disorders (ADD) atau attention deficit hyperactivitiy disorders (ADHD), dan autisme.

MENGABDI DEMI ANAK-ANAK ISTIMEWA



[dikutip dari Rubrik PROFESI, Koran Tempo Minggu, 3 Juni 2007]
Oleh Efri Ritonga

Tantangannya adalah menarik keluar potensi
anak-anak yang memiliki kesulitan belajar.

Di sebuah ruang serbaguna yang tak seberapa luas, delapan orang murid kelas I dan II Sekolah Dasar Pantara sedang berlatih menyanyikan lagu Burung Hantu. Mereka dibimbing dua orang guru dan dua pemain musik. ”Kami berlatih untuk acara perpisahan murid kelas VI,” kata Untung Sudrajat, Kepala SD Pantara, Kebayoran Baru Jakarta, Kamis (31/5/2007) lalu.

Dilihat
sepintas tidak ada yang aneh pada anak-anak lucu itu. Tapi, setelah beberapa lama, anggota kelompok olah vokal amatiran ini mulai berserakan. Dua orang anak, yang segera diikuti anak-anak lainnya, berlari keluar dari barisan dan bermain di salah satu sudut ruangan. Sebentar-sebentar, Untung dan rekan-rekannya meminta mereka kembali ke tempat masing-masing.

Sabtu, 23 Agustus 2008

LAMPIRAN KERANGKA PEMBELAJARAN ABB

METODE SELUSUR (V-A-K-T)
Pra-Membaca dan Membaca Permulaan
dengan Pendekatan Perkembangan
¨ Prinsip : mendayagunakan sebanyak-banyaknya kemampuan sensoris atau
penginderaan
1. Visual : penglihatan
2. Auditori : pendengaran
3. Taktil : perabaan
4. Kinestetik : kesadaran pola gerak
¨ Langkah-langkah
1. Perlihatkan sebuah huruf berukuran besar
2. Guru menyebutkan nama huruf & anak mengulanginya
3. Guru mencontohkan cara menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan
4. Anak menelusuri pola huruf itu dengan jari tangan sendiri.
5. Saat menelusuri pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
6. Ulangi kegiatan tersebut dua atau tiga kali.
7. Berikan anak selembar kertas berisi pola titik-titik huruf tersebut.
8. Anak merangkaikan titik-titik pola huruf tersebut.
9. Saat merangkaikan titik-titik pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya.
10. Anak “menuliskan” pola huruf di udara, sambil membunyikan nama hurufnya.
11. Tugaskan anak menulis huruf tersebut di kertas polos, sambil membunyikan nama hurufnya.
(Fernald,1988 & Gillingham, 1976 dalam Lerner, 2000)

Jumat, 22 Agustus 2008

BAHASA DAN BUDAYA

“Chapter 3 – Language and Cultre”:
Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat 
dari Language Teaching --A Scientific Approach
Karya Robert Lado
 
Bahasa tidaklah berkembang dalam ruang hampa. Bahasa adalah bagian dari suatu kebudayaan dan menjadi bagian terpenting dalam komunikasi masyarakatnya. Bahasa adalah salah satu unsur dari budaya sekaligus menjadi pusat dalam jalinan kerja antarunsur tersebut.

Perbedaan kultural (makna budaya) merupakan salah satu masalah dalam mempelajari bahasa asing. Orang Eskimo, misalnya, mempunyai banyak kata yang berbeda untuk “salju”. Hal ini karena pengalaman dan pengamatan mereka yang cermat terhadap salju. Karena salju penting bagi kehidupan mereka. Jadi, sebagai alat komunikasi, bahasa menyediakan beragam kata dan frasa yang spesifik untuk sesuatu yang dianggap penting dan sering ditemukan dalam suatu lingkup budaya.

Jumat, 27 Juni 2008

IMAGE OF THE BRAIN

Transleted By Untung S. Drazat


Sistem dinamika kontrol pembentuk sistem persarafan pada dasanya merupakan perpaduan dari sel-sel saraf atau neuron yang tersusun sebagai jaringan yang saling kait satu sama lain. Sistem dinamika ini disebut glia. Otak (brain) dan spinal cord merupakan rangkaian utama yang mendasari berjalannya sistem ini. Dari bagian organ ini, jaringan persarafan yang luar biasa ini bisa menjangkau seluruh bagian tubuh.
 
Otak, sebagai sesuatu yang amat penting dan menakjubkan, adalah suatu bagian tubuh yang jarang dikenal orang strukturnya. Otak itu bewarna abu-abu lembut, dan padu. Bentuk dan ukurannya seperti buah acorn (sejenis buah labu?--penterjemah). Beratnya rata-rata sekitar tiga pon (satu setengah kilogram), panjangnya sekitar tiga inci ( + 7 ½ cm), dan lebar otak tengahnya sekitar satu inci ( + 2 ½ cm), bila diukur dari spinal cord ke atas (Gambar 1). Di sebelah otak tengah ini terletak sekumpulan kecil jaringan saraf, yaitu otak kecil atau cerrebelum. Di luar otak tengah dan cerrebelum tadi adalah cerebrum (jaringan otak utama atau otak kepala). 

Selanjutnya . . . . 

ARIA WIRATANUDATAR

[Drama musikal oleh anak-anak kelas 5 SD Pantara.
Diangkat dari kisah rakyat Betawi.
Dipentaskan dalam acara KAT 2006,
El-Shaddai, //Lembang Bandung, 26 Juni 2006]

Musik : Tetalu Topeng Betawi
Narator : Cerita Betawi ARIA WIRATANUDATAR
Ini adalah kisah tentang dua orang bersaudara yang sabar dan setia pada
janji. Namanya ARIA Wiratanudatar dan Aria Prabangsa. Hari ini mereka
sedang ada di hutan…
Musik : Pine Forest Repose [track 5:Mountain Sunrise Peacefull]
Aria Wiratanu: (Memanggul kayu bakar)
Aduuh, capek juga nih seharian mengumpulkan kayu di hutan.
Aria Prabangsa: Iya, ya... Bagaimana kalau kita beristirahat dulu di sini?
Aria Wiratanu: Boleh boleh ... Saya juga capek sekali...
Narator : Karena terlalu lelah, mereka pun tertidur.....
Dalam tidurnya mereka berdua bermimpi. Anehnya mimpi keduanya sama.
Mereka didatangi oleh Kakek Berjubah Putih.