Selasa, 17 April 2012

KETERPADUAN INDERA DALAM BERGERAK

Diterjemahkan oleh Untung S. Drazat dari artikel
di http//www.nsbri.org./HumanPhysSpace/focus7/ep_uniting.html
Proses penginderaan pada beberapa jenis reseptor (saraf penerima) berlangsung secara terpadu dan menghasilkan pengalaman yang amat kompleks. Misalnya kita bisa memperkirakan enak tidaknya suatu jenis makanan hanya dengan mencium aromanya atau hanya dengan melihat bentuknya. Saat Anda memandang keluar jendela kereta yang tengah diam sementara terlihat kereta lain kian menjauh, mungkin Anda merasa bahwa Anda sendirilah yang bergerak. Namun, setelah ada informasi dari reseptor lain, baru Anda yakin bahwa bukan Anda yang bergerak. Kita bisa saja mengalami beberapa sensasi secara berbarengan. Misalnya sensasi sentuhan, rasa panas, tekanan, dan nyeri saat kita mengangkat panci panas dari kompor tanpa menggunakan celemek. Sebagai bahasan pertama, berikut ini akan kita uraikan tentang posisi dan pola-hubungan-ruang (spatial realtionship).



Istilah spatial merujuk pada ruang yang ditempati bukan sembarang ruang. Jadi, di manapun kita berpijak, baik di bumi, di mars, maupun di orbit lain, ruang yang ada di sekitar kita itu merupakan jatah kerja bagi sistem vestibularis (saraf yang mengatur fungsi keseimbangan). Juga mengatur kerja mata, otot, dan indera raba kita untuk menentukan posisi kita itu sepanjang waktu. Ini bukan sekadar masalah “sadar posisi”, melainkan juga bagaimana cara kita memposisikan satu bagian tubuh dengan bagan tubuh yang lain.

Organ-organ tersebut juga membantu kita mengembangkan dan menjaga kesadaran posisi tadi dalam kaitannya dengan gaya gravitasi.

Coba Anda perhatikan pemain akrobat yang bisa berjalan di seuntai kawat tipis. Melalui pikiran bawah sadarnya, pemain akrobat ini dapat melakukan interpretasi yang luar biasa rumit melaui sinyal dari organ vestibularis yang secara cepat mengirimkan perintah yang tepat kepada respon ototnya. Secara cepat dan terus-menerus, mata, telinga, dan proprioseptor memberi informasi kepada saraf vestibular mengenai posisi tubuhnya sepanjang waktu. Dengan demikian, seorang pemain akrobat tidak akan bisa mencapai keseimbangan bila hanya mengandalkan salah satu indera semata. Reseptor yang terletak di otot, sendi, dan tendon memadamkan sinyalnya ke otak saat sebuah otot meregang, atau saat sendi bergerak, yakni bila otot kian kenyal dan tegang.

Bila saraf sensoris membawa informasi dari semua bagan tubuh ke otak, maka saraf motorik membawa sinyal perintah dari otak ke otot. Perjalanan membawa sinyal dari saraf itu melewti synaps dan langsung menuju serabut otot. Sinyal-sinyal inilah yang menyebab­kan otot bergerak. Mari kita telaah cara kerjanya.

Serabut saraf berujung pada sebuauh lapisan tipis rata yang disebut motor end plates (ujung pelat motorik). Letaknya dekat sekali dengan serabut otot individual. Inilah yang disebut sebagai neuromuscular junction (persilangan saraf otot). Pada bagian ini ujung saraf dipisahkan dari otot oleh sebuah celah atau lekukan sempit yang disebut celah synaptik. Walaupun ukurannya sempit, lekukan ini sudah cukup besar untuk bisa menghentikan sinyal-sinyal motorik pada track-nya masing-masing, terkecuali pada peristiwa kimiawi tertentu yang justru terjadi di celah itu. Ketika impuls-ilmpus mencapai ujung pelat motorik, ujung sarafnya melepaskan semacam transmiter kimiawi yang disebut acetylcholine. Proses ini mendahului proses yang terjadi di sel-sel otot. Dengan adanya kontrtaksi otot, enzim cholinesterase mulai terurai dan menyatu dengan acetylcholine lalu menjadi bening, sehingga impuls saraf yang menuju ke situ dapat merancang ulang gerakannya. Ini merupakan siklus kimiawi yang bisa menjembatani celah antara ujung saraf motorik dan sel otot, sehingga gerak otot dapat dirangsang.

Otot mana yang berkontraksi dan ber-relaksasi perlu terus-menerus diselaraskan, sehingga keseimbangan tubuh tetap terjaga dan kita bisa tetap berdiri tegak di atas tanah. Ini merupakan fungsi dari bagian tengah-bawah otak, otak tengah (termasuk bagian formatio retikularis), dan cerebellum (otak kecil). Otak tengah bertugas menerima input dari empat sumber utama dan menyalurkan output dari tiga regulator utama (yaitu pengatur gerak tubuh dan persepsi tubuh). Otak tengah dan cerebellum juga berperan dalam mengontrol denyut jantung, pernafasan, dan pencernaan. Selain itu, otak tengah dan formatio retikular juga merupakan tempat memicu terjadinya muntah bila ada sinyal dari reseptor usus dan berbagai sinyal kimiawi yang asing dan berbaur kacau.
Area lain dari otak juga amat erat kaitannya dengan indera, persepsi, dan respon kita dalam bergerak. Agaknya, higher center (pusat fungsi tinggi) dari otak mengatur kinerja gerakan yang tergolong kompleks, seperti berjalan, berlari, atau meraih benda sesuai keinginan. Sementara higest center (pusat fungsi luhur) yang terletak di korteks otak berisi area dan lobus-lobus yang fungsinya berbeda satu sama lain. Dalam hal ini adalah korteks sensori dan korteks motorik. Korteks otak menyadarkan kita akan cahaya dan suara, juga terhadap sensasi berat, tekstur, dan bentuk. Selain itu, korteks otak juga mengarahkan respon emosional kita, seperti rasa takut dan marah, serta membuat kita dapat merasakan nikmat atau sakit. Dengan sedemikian pentingnya fungsi otak, maka sistem saraf pun dijaga dengan amat baik oleh tubuh kita. Mari kita bahas bagaimana tubuh kita menjaga agar saraf kita tetap hidup.

Tidak ada komentar: