Kamis, 05 April 2012

BAB III BUKU REMEDIAL BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK LD (Part 01)

Catatan: Tulisan ini merupakan "bocoran" dari Buku Remedial Bahasa Indonesia
yang diterbitkan Direktorat PPK-LK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
atas kerjasama dengan Helen Keller International Indonesia.
Tulisan disusun oleh Tim GPK (Guru Pembimbing Khusus, DKI Jakarta)
©HakCipta tetap berada pada Direktorat PPLK-LK Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia dan kerjasama dengan Helen Keller International Indonesia.



A.  Ruang Lingkup Bahasa
Bahasa merupakan sesuatu kemampuan khas manusia. Meskipun beberapa hewan memili­ki semacam sistem komunikasi, namun hanya manusia yang mengem­bang­kannya dalam bentuk bahasa vokal atau verbal/lisan. Beragam pendapat para ahli mengenai pengertian bahasa mengemuka sesuai dengan latar belakang keahlian dan keilmuan masing-masing.

Karena pada dasarnya bahasa yang digunakan manusia adalah lisan, maka bahasa primer/pertama manusia adalah bahasa lisan, yaitu berbicara dan menyimak. Simbol verbal bahasa selanjutnya berkembang menjadi simbol tertulis dan aktivitas berbahasa pun berkembang pula dalam aktivitas bahasa sekunder, yaitu membaca dan menulis. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang berupa simbol verbal, bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis, dan terwujud dalam empat aktivitas berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.


Keempat aktivitas berbahasa itu dapat dipilah dua, yaitu bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Reseptif adalah kemampuan memahami simbol bahasa yang dikemukakan orang lain. Sedangkan ekspresif adalah kemampuan menyampaikan pesan (pikiran; perasaan) dalam bentuk simbol sehingga dipahami orang lain. Jadi, bahasa reseptif berisfat pasif sedangkan ekspresif bersifat aktif. Untuk lebih jelasnya, kita lihat tabel aspek keterampilan berbahasa di bawah ini:


Reseptif
Ekspresif
Lisan
Menyimak
Bicara
Tulisan
Membaca
Menulis

Dengan demikian, secara umum terdapat aspek keterampilan berbahasa yang kita gunakan sehari-hari, yaitu (1) menyimak [listenning], (2) berbicara [speaking], (3) membaca [reading], dan (4) menulis [writing].

Ilmu lingusitik, yang secara khusus mengkaji masalah kebahasaan, memilah bahasa ke dalam beberapa cabang sesuai dengan fokus kajiannya, yaitu:
·         Fonologi               :   mengkaji masalah pelafalan dan tata-bunyi dalam bahasa.
·         Morfologi             :   mengkaji pembentukan kata dan tata-kata dalam bahasa
·         Sintaksis               :   mengkaji pembentukan kata dan tata-kalimat dalam bahasa
·         Semantik              :   mengakji perkembangan makna dan tata-makna bahasa

Dalam pelafalannya, bahasa Indonesia mempunyai 28 fonem. Fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Fonem sendiri terbagi ke dalam dua kelompok yaitu 6 buah fonem vokal, (a, i, u, e, e`, dan o) dan 22 buah fonem konsonan (b, p, d, t, g, k, f, z, s, sy, kh, h, j, c, m, n, ny, ng, r, l, w, dan y). Secara sederhana bisa dikatakan bahwa fonem vokal terbentuk apabila kita melafalkan bunyi dan udara yang keluar dari paru-paru tidak mengalami hambatan. Sedangkan pada saat mengeluarkan bunyi konsonan udara yang keluar dari paru-paru tendapat halangan, entah keseluruhan atau sebagian.

Letak posisi organ bicara yang menjadi penghambat udara saat mengeluarkan bunyi umum disebut sebagai titik artikulasi. Perbedaan titik artikulasi itulah yang membuat perbedaan bunyi konsonan yang dihasilkan. Konsonan bilabial, letak titik artikulasinya di bibir membentuk fonem /b/, /p/, /m/. Konsonan dental, titik artikulasinya di terletak di antara pangkal gigi dan langit-langit lunak membentuk beberapa fonem seperti /c/, /d/, /t/, /ny/. Konsonan desis seperti /s/, /z/; konsonan getar seperti /r/, Konsonan glotal, titik artikulasinya terletak di pangkal tenggorok membentuk beberapa fonem seperti /g/, /h/, /k/, /kh/, /ng/, dan seterusnya.

Dari sisi fonemnya, bahasa Indonesia cukup memudahkan untuk dipelajari, karena hampir setiap huruf mewakili satu buah fonem, kecuali pada fonem ñ yang direpre­sen­tasikan dengan huruf konsonan rangkap /ng/ dan fonem h dengan konsonan rangkap /ny/. Perubahan posisi huruf pada bahasa Indonesia tidak mengubah bunyi fonetisnya. Hal ini berbeda dengan peraturan fonem beberapa bahasa asing. Dalam bahasa Inggris misalnya, huruf 'c' bisa berbunyi /k/ pada kata car, berbunyi /s/ pada kata special, atau berbunyi /c/ pada kata chair. Dengan demikian, pada konteks ini, pembelajaran membaca dalam bahasa Indonesia seharusnya lebih mudah.

Pada konteks pembetukan kata dalam bahasa Indonesia terjadi perpaduan kombinasi antara fonem vokal dan konsonan. Perpaduan pola fonem vokal (V) dan konsonan (K) ini membentuk suatu sukukata. Satu sukukata bisa terdiri dari satu fonem vokal atau gabungan dari fonem vokal dan konsonan. Untuk memudahkan pemahaman, setiap satu sukukata terdiri dari satu ketukan. Masing-masing kata bisa terdiri dari satu atau beberapa sukukata. 

Terdapat beberapa pola susunan fonem vokal (V) dan konsonan (K) dalam pembentukan kata, misalnya:

·      V - KV           :   i     -  bu
·      V - KVK         :   a    -  yah
·      VK - KV         :   ar   -  ti
·      VK - KVK       :   am  -  bil
·      KV - V :         :   ba   -  u
·      KV - KV         :   bo  -  la
·      KV - KVK       :   sa   -  kit
·      KVK - KVK     :   lem  - but
·      KVK - KKV     :   jus   -  tru
·      Dan banyak contoh lain pola perpaduan vokal konsonan.

Dilihat dari aspek morfologisnya, kata dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua morfem, yakni morfem bebas (kata dasar) dan morfem terikat (imbuhan). Perpaduan antara kata dasar dan imbuhan akan membentuk kata baru. Kosa kata bahasa Indonesia terdiri dari ragam variasi perpaduan kata dasar dan imbuhannya.

Dengan demikian, bila dilihat dari pembentukan unsurnya, kata terdiri dari morfem bebas (kata dasar) dan morfem terikat (imbuhan). Kata 'hari' misalnya adalah sebuah morfem bebas atau kata dasar, sedangkan kata 'harian' merupakan dua buah morfem, yakni satu buah morfem bebas (kata dasar 'hari') dan satu buah morfem terikat (imbuhan '-an'). Penjenisan atau kelas kata dalam bahasa Indonesia umumnya merujuk pada kelas kata yang dikemukakan oleh Keraf,  yakni terdiri dari 10 jenis kata. Ke-10 jenis kata itu antara lain: (1) kata benda : 'buku', 'bola'; (2) kata kerja: 'mandi', 'makan'; (3) kata sifat: 'besar'; 'dingin'; (4) kata keterangan: 'sepi', 'cepat'; (5) kata sambung: 'dan' 'yang'; (6) kata berimbuhan: 'berjalan', 'menari'; (7) kata majemuk: 'sapu tangan', 'besar kepala'; (8) kata ulang : 'kaki-kaki', 'pagi-pagi'; (9) kata bilangan: 'satu', 'kelima', ; (10) kata tugas: kata depan (di, ke, dari), partikel (pun, lah, tah). Gabungan beberapa kata yang tersusun dengan aturan tertentu membentuk sebuah kalimat. Kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap.

Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal perubahan bentuk kata kerja karena perbedaan waktu. Kata keterangan waktu untuk memperjelas kalimat bisa ditambahkan di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Susunan kalimat sempuna dalam bahasa Indonesia umumnya berpola Subjek-Predikat-Objek. Rinciannya adalah sebagai berikut: Subjek (S) merupakan pokok pembicaraan lazimnya berupa kata benda atau orang; Predikat (P) merupakan komentar tentang subjek, dan objek (O) merupakan pelengkap dari predikat; dan keterangan (K) merupakan penjelasan terhadap predikat dan subjek. Susunan kata/jabatan kata dalam kalimat bahasa Indonesia lazimnya memang berpola S-P-O atau S-P-O-K. Misalnya:

   Adik
   membaca
   buku
  di perpustakaan
S
P
O
KT

S    =  Subjek
P    =  Predikat
O   =  Objek
KT  =  Keterangan Tempat

Tidak ada komentar: