Narator : Sebuah
drama anak-anak Pantara. Ditulis oleh Pak Untung S. Drazat dari kisah legenda yang
berasal dari daerah Jawa Barat.
Para Pemain
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Raja/Ajar Sukaresi
2. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Bondan
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Hulubalang 1
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Hulubalang 2
5. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Bapak Tani
6. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Ibu
Tani
7. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Perampok 1
8. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Perampok 2
9. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Penari 1
10.
. . . . . . . . . . . . . . .
sebagai Penari 2
11.
. . . . . . . . . . . . . . . sebagai
Penari 3
12. . . . . . . . . . . . . . . . . .
sebagai Narator
Musik
: Suara
irama musikecapi suling, suara angin dan gemercik air. Terbayang sauasana pedesaan di
Jawa Barat.
Narator : Pada zaman dahulu kala, di daerah Jawa Barat
bagian utara, berdirilah sebuah kerajaan Galuh. Rakyat di kerajaan ini hidup
tenteram, bahagia, keamanan terjamin, dan hasil pertanian pun melimpah. Ini
semua karena kerajaan Galuh dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana,
“Raja Sang Permana Dikusumah”
Raja : (Berpakaian kebesaran, melangkah anggun.
Sambil tersenyum Raja duduk di singgasana. Dua hulubalang mengajukan hormat
dengan takzim. Sejenak kemudian Raja menoleh ke kiri dan memanggil)
Hulubalang Bondan,
kemarilah.
Bondan : (Datang sambil menyembah, lalu duduk
bersimpuh)
Daulat Paduka Raja
yang Mulia. Ada apakah gerangan, sehingga
Paduka memanggil hamba?
Raja : Begini, Hulubalang Bondan. Aku bermaksud
untuk bertapa selama beberapa bulan. Oleh karena itu, aku meminta kamu,
Hulubalang Bondan, untuk mewakili aku memimpin kerajaan ini.
Bondan : (Sambil tersenyum Bondan memberi kode
“jempol” kepada seorang Hulubaalng yang sedang mengipasi Raja)
Daulat yang Mulia.
Raja : Bagaimnana Bondan, Engakau bersedia menjalankan
perintahku?
Bondan : Saya akan melaksanakan perintah dengan penuh
tanggung jawab, Paduka yang Mulia.
Narator : Berangkatlah Sang Raja Sang Permana Dikusumah
untuk bertapa. Untuk sementara waktu Kerajaan Galuh dipimpin oleh penggantinya:
Hulubalang Bondan!
(setelah
menyerahkan mahkotanya kepada Bondan, Raja keluar panggung bersama dua orang
abdinya. Bondan segera duduk di singgasana Raja sambil tertawa suka cita).
Bondan : (tertawa dengan congkak)
Hahaha ... sekarang
aku yang menjadi Raja. Semuanya harus tunduk kepadaku. Setuju? Ah, pasti kalian
setuju!!!
Para Hulubalang :(Dengan ragu-ragu dan takut
berkata)
Se... setujuuuuu!
Musik : Menderu-deru
Bondan : Hei...hei.!!! Mana rombongan kesenian? Rajamu
ini sekarang ingin bersenang-senang... Ayo para Hulubalang, kita
bersenang-senang. Biarkan Raja Tua Bangka itu bertapa sampai mati.
Hahahahaha!!!
Penari 1, 2, 3: (Masuk ke panggung
dan menari dengan iringan sebuah lagu Sunda yang bernada gembira)
Narator : Begitulah ... Hulubalang Bondan memimpin Kerajaan
Galuh dengan sekehendak hatinya. Yang penting ia merasa senang. Bondan sering
mengadakan pesta. Menghabis-habiskan uang negara. Biaya pestanya dari mana? Ya,
ya. Biaya untuk pestanya dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat.
Kerajaan tidak dikelola dengan benar. Juga tak dipikirkan
nasib rakyatnya. Akibatnya, kerajaan Galuh menjadi kerajaan yang miskin. Banyak
orang yang kelaparan. Bagi yang tidak kuat imannya, ada yang lalu menjadi
pencuri atau perampok. Rakyat semakin merasa tidak aman resah. Karena semakin
banyak perampokan dan kejahatan terjadi.
Petani 1&2: (Pak
Tani masuk dari kiri panggung kemudian mencangkul. Bu Tani menyusul masuk
membawa bakul. Setelah Bu Tani duduk di pinggir kanan panggung, Pak Tani berkata kepada Ibu Tani)
Petani 1 : (Mengelap keringat dengan
handuknya)
Hari mulai sore, Mah.
Ayo cepat-cepat kita pulang. Nanti ada perampok lagi.
Petani 2 : Ah, Papa maunya buru-buru saja. Saya bereskan
bakulnya dulu, ya? Saya juga jadi takut,
Pah. Sekarang kampung kita semakin tidak aman. Banyak perampokan, pencurian...
Perampok 1&2: (Tiba-tiba masuk dari
arah kanan panggung)
Perampok 1 : Hahahaha... tahu saja
nih ada perampok. Ayo serahkan harta bendamu. Kalau tidak, kalian akan
dilemparkan ke jurang!
Petani 1 : Ampuun Tuan Perampok (sambil menyerahkan
bakul dan selendang)
Tinggal dua benda ini
yang kami miliki.
Perampok 2 : Dasar petani miskin. Punya harta kok cuma bakul
dan selendang.
Petani 2 : Kan, kemarin juga Tuan Perampok yang
merampasnya.
Perampok 1 : O, Iya ya? Aku lupa.!. Sudah, sana pergi!!!
Petani 1&2 : (Keluar panggung takut-takut)
Perampok 1 : Ternyata rakyatnya kerajaan si Bondan ini
semakin miskin saja.
Merampok
kok cuma dapat bakul... hahaha.
Perampok 1&2: (Keluar panggung
sambil tetap tertawa-tawa)
Narator : Dalam beberapa bulan saja Kerajaan Galuh
menjadi negara yang miskin, tidak aman dan rakyatnya sengsara.
Suara-suara : Lapaaaar... lapaaaar ...!
(Terdengar suara bayi
menangis)
Narator Sementara
itu, Raja Sang Permana Dikusumah telah selesai bertapa. Beliau sedih melihat
penderitaan rakyatnya. Oleh karena itu, Raja ingin memberi pelajaran kepada
Hulubalang Bondan yang telah menyia-nyiakan amanat yang telah diberikan
kepadannya.
Raja (Ajar
Sukaresi) : (Memaasuki panggung, lalu dicegat Hulubalang 1 dan 2).
Hulubalang 1:
Hai
orang asing siapa namamu?
Hulubalang 2
: Mau apa kamu datang
kemari?
Raja : Nama Hamba Ajar Sukaresi. Hamba ingin bertemu
Rajamu.
Hulubalang 1 : (Menunjuk tasbih dan buku yang dibawa
Raja).Heh, apa yang kamu bawa ini?
Raja (Ajar
Sukaresi) : Anu... ini perlengkapan untuk berdoa.
Hulubalang 2: (Melapor
kepada Bondan, memberi hormat dan duduk bersimpuh di depan Bondan)
Lapor Paduka yang
Mulia. Ada orang asing yang hendak bertemu dengan Paduka.
Bondan : Suruh dia masuk.
Raja (Ajar
Sukaresi):
(Menyembah Bondan, lalu duduk bersimpuh)
Hamba sudah
menghadap, Paduka.
Bondan : (Menumpangkan kaki).
Sudah tahu akh.
Katanya kamu orang sakti, ya?
Raja (Ajar
Sukaresi):
Ilmu
hamba cuma sedikit, Paduka.
Bondan : Bagus, kalau mengaku. Sekarang kalau kamu
memang sakti, coba turunkan hujan.
Raja (Ajar
Sukaresi):
(Tunduk
sambil berdo’a)Mudah-mudahan Tuhan mengabulkan do’a kita, Paduka.
Bondan : Ngomongnya saja. Cepat turunkan hujan
Raja (Ajar
Sukaresi):
Hujan
akan segera turun, asalkan Paduka bisa memenuhi persyaratannya.
Bondan : Apa syaratnya?
Raja (Ajar
Sukaresi):
Anu,
Paduka. Paduka Raja harus menjadi Raja yang adil, jujur dan tidak sombong.
Bondan : Syarat apaan tuh? Kalau aku tidak mau memenuhi
syarat, bagaimana?
Raja (Ajar
Sukaresi) : Jika syarat itu tidak Paduka penuhi, maka Paduka dan para
Hulubalang yang sombong akan hanyut oleh air bah...
Bondan : Air bah? Banjir? Hahahahaha ...
Pengawal ikat pengacau ini. Jebloskan ke penjara.
(Hulubalang
1 dan 2 masuk membawa tali. Penari masuk membawa kain panjang. Raja ditutupi
kain dan keluar dari panggung)
Hulubalang 1&2 : Hilang... hilang...!
Ajar Sukaresi menghilang.
Bondan : Ah... hilang kemana? Mana ada sih orang bisa
menghilang?
Hulubalang 1&2
: (Salng berbisik)
Ajar Sukeresi sakti ya? Bisa menghilang...!!!!
Penari : (Penari
yang membawa kain membentangkan di kedua sisi panggung, lalu
menggetar-getarkannya, lalu berteriak). Hujan lebat ... Hujan lebat...!
Banjiiiiir....... Banjiiiir!
(Bondan
dan para Hulubalang berlari mengitari panggung 1x)
Penari menutupi Bondan dan para Hulubalang dengan kain
yang dibentangkan.
Penari menyingkapkan kain yang tadi dibentangkan.
Akhirnya tampaklah Bondan dan para Hulubalang bergeletakan
di tengah panggung. )
Musik : Suara
riuh rendah yang berpadu dengan teriakan ketakutan lama kelamaan semakin pelan
lalu sepi....
Musik berganti dengan suara
kecapi suling atau degung sunda.
Narator : Begitulah akhirnya nasib orang yang tidak
bisa memegang amanat. Bondan dihukum oleh perbuatannya sendiri yang kejam
terhadap orang lain, yakni rakyatnya sendiri.
Genangan air bekas
banjir tersebut ada sampai kini dan menjelma menjadi sebuah telaga kecil, yaitu TELAGA
CIPADU.
Untung S. Drazat
Jatayu-Gandaria Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Mei 2002
Diadaptasi dari Cerita Rakyat di Buku Bina Bahasa Indonesia,
Penerbit Erlangga,
2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar