Selasa, 25 Maret 2014

DARAH TINGGI DAN AIR MENYALA


Oleh Untung S. Drazat

Dalam bahasa percakapan kita, ada frasa "air menyala". Ada juga frasa "darah tinggi"?
Tapi, benarkah air itu menyala? Betulkah darahnya yang tinggi?
Sebuah gejala bahasa yang unik, sebenarnya...


Di papan kios penjual bensin, terdapat tulisan "Di Sini Menjual Bensin" . Menurut kalimat ini, siapakah yang menjual bensin? Kita tidak tahu persis, karena kalimat itu tidak sempurna. Dalam kalimat tersebut telah terjadi penghilangan kata yang berfungsi. Dan, fatalnya, kata yang hilang itu adalah subjek, atau pokok kalimatnya, yakni kata “kami” atau “saya”. Jadi, kalimat lengkap yang seharusnya ditempelkan di kios bensin eceran tu adalah “Di sini kami menjual bensin” atau “Di sini saya menjual bensin”

Oh, itu tidak efektif karena kalimatnya jadi terlalu panjang. Atau adat ketimuran kita yang kerap sungkan menonjolkan diri, sehingga menghindakan diri untuk mencantumkan pelaku sebagai pokok kalimat? Karena yang penting/pokok itu bensinnya--bukan penjualnya. Sebenarnya sederhana saja. Ubah pola kalimatnya menjadi kalimat pasif. Pada kalimat pasif, pelaku bukanlah subjek, melainkan objek kalimat. Dan objek dalam kalimat pasif tak wajib dicantumkan. Jadi, dengan kalimat : “Di sini dijual bensin” beres sudah masalahnya. Tapi kalau mau keukeuh menggunakan kata “menjual“ (yang aktif itu), maka pencantuman subjek menjadi suatu keharusan.