Minggu, 06 Mei 2012

SALAH LANGKAH



 

Narator          :   Sebuah drama anak-anak Pantara. Ditulis oleh Pak Untung S. Drazat dari kisah legenda yang berasal dari daerah Jawa Barat.
  
Para Pemain

1.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Raja/Ajar Sukaresi
2.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Bondan
3.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Hulubalang 1
4.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Hulubalang 2
5.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Bapak Tani
6.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Ibu Tani
7.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Perampok 1
8.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Perampok 2
9.   . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Penari 1
10.     . . . . . . . . . . . . . . .  sebagai Penari 2
11.     . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Penari 3
12. . . . . . . . . . . . . . . . . . sebagai Narator


Musik      :   Suara irama  musikecapi suling, suara angin dan gemercik air. Terbayang sauasana pedesaan di Jawa Barat.

Narator   :   Pada zaman dahulu kala, di daerah Jawa Barat bagian utara, berdirilah sebuah kerajaan Galuh. Rakyat di kerajaan ini hidup tenteram, bahagia, keamanan terjamin, dan hasil pertanian pun melimpah. Ini semua karena kerajaan Galuh dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana, “Raja Sang Permana Dikusumah”

Raja       :  (Berpakaian kebesaran, melangkah anggun. Sambil tersenyum Raja duduk di singgasana. Dua hulubalang mengajukan hormat dengan takzim. Sejenak kemudian Raja menoleh ke kiri dan memanggil)
                 Hulubalang Bondan, kemarilah.
Bondan   :  (Datang sambil menyembah, lalu duduk bersimpuh)
                 Daulat Paduka Raja yang Mulia. Ada apakah gerangan, sehingga  Paduka memanggil hamba?
Raja       :   Begini, Hulubalang Bondan. Aku bermaksud untuk bertapa selama beberapa bulan. Oleh karena itu, aku meminta kamu, Hulubalang Bondan, untuk mewakili aku memimpin kerajaan ini.

Sabtu, 05 Mei 2012

Dua Abad Perjalanan Para Kuli Sindang

DUA ABAD PERJALANAN PARA KULI SINDANG


Siapakah yang membangun Batavia? Siapakah yang membangun Kota Jakarta dengan peluh bercucur di bawah matahari yang marah? Mereka adalah orang-orang pantai utara (pantura) Pulau Jawa yang bekerja turun-temurun sebagai penggali tanah, pembersih gorong-gorong dan kali sejak Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels memindahkan pusat kota Batavia dari kawasan Kali Besar ke kawasan Lapangan Banteng tahun 1808. Nasib mereka hingga kini tidak berubah. Tinggal di kolong-kolong jembatan layang, atau berlarian menjemput truk-truk proyek dengan cangkul, blencong, godam, pengki, dan pasak besi. 

KOMPAS.com — Pada Sabtu (23/4/2011) siang nan cerah. Kasmadi (56) duduk dibangku panjang, di bawah jembatan layang yang melintas persimpangan Jalan Letnan Jenderal S Parman-Jalan Kyai Tapa-Jalan Daan Mogot-Jalan Satria, Jakarta Barat (Jakbar). Tepatnya di seberang Universitas Trisakti. Sambil mengisap rokok kretek, pria asal Jepara, Jawa Tengah, yang kini menjadi juru parkir itu bercerita tentang pengalamannya merantau di Jakarta sejak 1972.

Ia mengawali hidupnya di Jakarta dengan berdagang makanan keliling. Karena pendapatan yang minim dan tak pasti, ia beralih bekerja menjadi penggali tanah, membuat saluran dan jalan tahun 1981. ”Pangkalannya ya di sini, dari sekitar persimpangan ini sampai Jalan Profesor Latumeten,” ucap Kasmadi.

Menurut dia, kawasan tersebut sejak tahun 70-an sudah menjadi pangkalan utama para pekerja penggali tanah di Jakarta. Kala itu, bila mendapat kerja harian, ia mendapat upah Rp 4.500. Sementara bila mendapat kerja borongan, ia mendapat upah sampai dua kali lipat. Kini upah mereka rata-rata Rp 80.000  sehari saat mendapat pekerjaan harian, sedangkan bila mendapat pekerjaan borongan mendapat Rp 100.000 sehari.

Memasuki era 90-an, Jakarta diwarnai hiruk-pikuk pembangunan jalan dan saluran. ”Setiap hari saya hanya tidur dua jam. Selebihnya mencangkul dan mencangkul,” ujarnya bersemangat.

Ia mengakui, orang-orang Sindang-lah yang merajai dunia para penggali tanah. ”Setiap ada proyek pembangunan saluran dan jalan di Jakarta, pasti ada puluhan orang Sindang di sana. Orang-orang Sindang seperti ditakdirkan hidup sebagai penggali tanah,” kata ayah tiga anak ini.

Orang-orang Sindang adalah orang-orang asal Desa Sindang Laut, Kecamatan Lemah Abang, Cirebon, Jawa Barat. Desa Sindang Laut terbagai dalam lima blok—Blok Manis, Blok Pahing, Blok Wage, Blok Puhun, dan Blok Kliwon. Seperti halnya sebagian orang Cirebon, orang-orang Sindang fasih berbahasa Sunda dan Jawa karena lokasi desa mereka di perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah.

Jumat, 04 Mei 2012

AKU ANAK PANTARA

Sebuah Lakon Operet Anak-anak SD Pantara 
Pernah dipentaskan dalam acara Kegiatan Akhir Tahun Pelajaran 2006/2007
di Villa/Wisma Lembur Pancawati, Puncak, Bogor

Karya Untung S. Drazat


Adegan I
Narator    :    Anak-anak SD Pantara mempersembahkan sebuah drama pendek. Yang judulnya AKU ANAK PANTARA
                   Ini adalah kisah tentang  Yuda, Tasya, Regi, dan teman-temannya. Semuanya adalah murid-murid SD Pantara dalam kegiatan sehari-harinya menuntut ilmu …
Sound      :   Suara bel jam weker berkali-kali!
                     Di panggung, dua pemeran jam weker berjoget seirama suara bel.
Suara Ibu Yuda : Yud …! Yuda…! Bangunlah Yud!
Sudah jam setengah enam, nih...!
Nanti telat lagi kayak kemarin, lho. Nanti kau disuruh isi kartu terlambat  lagi, lho …
Suara Yuda  :  Sabar lah Mak… Sedang mimpi main game nih…
Jarang-jarang, mimpi main game! Sayang!

Suara Ibu Tasya     :        Tasya, sayang…! Ayo, bangun, sayang!
Ibu sudah masak air untuk mandi anget, Tasya, ya!
                      Inget loh, jangan sampai kesiangan lagi kayak kemarin!
Suara Tasya :  Rumah kita jauh dari sekolah sih, ya Mah? Jadi sering terlambat! (Berhenti)
Coba kalau rumah kita deket dari sekolah…ya?
(Garuk-garuk kepala)
Suara Yuda  :  Hei, hei Tasya. Bukan rumah kita yang jauh dari sekolah. Tapi sekolah kita yang jauh dari rumah, tahu? (Berhenti)
Coba kalau sekolah kita deket dari rumah…, ya?
(Intonasi dan gaya garuk-garuk kepala sama dengan Tasya)
Jam Weker, Bantal, Guling, dan Selimut       :        (Bernyanyi di bagian belakang panggung)
Yuda bangun Tasya pun mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi membantu ibu
Membereskan kamar tidurmu