Selasa, 27 Januari 2009

THE FORGETTER

(Si Pelupa)

A. Perilaku
Sikap-sikap dan tindakan khas anak ini di rumah maupun di sekolah .
1. Tidak bisa menyelesaikan tugas sekolah.
2. Tidak membawa alat dan perlengkapan sekolah ke kelas.
3. Lupa untuk memenuhi tanggung jawabnya.
4. Terus-terusan meminjam alat dan perlengkapan kepada siswa lain.
5. Ingin keluar kelas untuk mengambil alat perlengkapan-nya yang tertinggal.
6. Tampak bingung dan linglung karena lupa.
7. Tidak mengembalikan sesuatu (misalnya pensil atau uang) yang pernah
dipinjamnya.



8. Tidak mencapai standar kelas –acapkali karena ia memang tidak bisa.
9. Selalu bilang “maaf” bila lupa.
10. Mengharapkan orang lain untuk selalu membantu apa yang diperlukannya.
11. Menyalahkan orang lain bila ia lupa.
12. Bisa ngambek kalau orang lain tidak memberi tahu hal yang dilupaknnya.
13. Ingin selalu tergantung pada orang lain.
14. Selalu mengerjakan sesuatu pada menit-menit terakhir.
15. Mungkin tampak seperti profesor pikun yang lupa hal-hal kecil bila sedang memikir-kan
sesuatu.

B. Akibat
Dampak perilaku anak terhadap guru dan teman sekelas di sekolahnya dan terhadap keluarga di rumahnya.
1. Guru menjadi sulit memulai kegiatan kelas.
2. Munculnya standar ganda. Karena munculnya dua jenis pelupa, yaitu anak yang benar-benar lupa dan pura-pura lupa.
3. Masalah akan muncul bila guru mengabaikan yang benar-benar lupa dan memperhatikan yang hanya pura-pura lupa.
4. Siswa lain jadi kesal karena ia selalu meminjam.
5. Mungkin guru tidak akan dapat memenuhi apa yang diperlukan siswa ini.
6. Guru terganggu dengan perilakunya ini.
6. Siswa lain jadi ikut-ikutan beralasan lupa.
C. Tindakan/ Penanganan
1. Kenali penyebab gangguan perilakunya.
2. Tentukan kebutuhan yang ditunjukkan siswa.
3 Gunakan metode, prosedur, dan teknik-teknik khusus, baik di sekolah maupun di rumah, agar
perilaku anak dapat dimodifikasi.

D. Penyebab Utama Gangguan
1. Siswa ini sangat senang diperhatikan, bahkan untuk perilakunya yang negatif.
2. Siswa membentuk rasa power dengan terus-menerus lupa. Ia mungkin merasa lebih kuat bila orang dewasa frustrasi saat tak bisa menangani sifat pelupanya.

D. Masalah Utama:
1. Ada satu hal yang kurang yang membuat ia selalu lupa.
2. Takut mengalami kegagalan saat bersama teman sebaya, orang-orang dewasa dan guru bisa
juga menyebabkan munculnya perilaku ini.
3. Hasrat mengenali seseorang mungkin menjadi sebab perilakunya ini.

E. Masalah Sekunder
1. Penegasan bahwa ia harus menyelesaikan tugas akan membantu siswa ini bisa menata diri
dengan cara yang positif.
2. Apresiasi dari orang lain bisa menuntun dia untuk memperbaiki sifat pelupanya itu.

F. Strategi atau Metode Pengajaran
1. Carilah cara untuk mengubah perilakunya seefektif mungkin dan menimbulkan gang-guan di
kelas sesedikit mungkin.
2. Pertama,buatlah pertimbangan. Kalau bisa, sediakan segala yang diperlukannya.
3. Kedua, adakan tindak lanjut. Perintahkan siswa untuk bisa mencapai target waktunya sendiri
–jangan gunakan target waktu kelas bagi siswa ini.
4. Pertimbangkanlah sanksi-sanksi ringan daripada hukuman berat. Ungkapkan pula bahwa
Anda akan membantunya bila ia benar-benar lupa.
5. Membiarkan siswa-siswa lain akan membuat siswa ini ingat.
6. Banyak guru tidak suka meminjamkan pensil atau perlengkapan lain. Beberapa di antaranya
bahkan melarang meminjamkannya. Walaupun kita semua akrab dengan orang yang kerap
melanggar itu, membuat aturan yang saklek dapat menimbulkan banyak masalah. Dalam
kenyataannya, upaya memperketat peraturan bisa kian mempersulit masalahnya ketimbang
tidakan memberi pinjam kepada anak itu. Kadang-kadang, sebagai upaya mengajarkan
tangggung jawab, kita mengabaikan kenyataan sehari-hari. Meminjam adalah tindakan yang
biasa dalam kehidupan. Meminjam bukanlah tindakan yang salah –yang salah adalah meminjam tanpa mengembalikan. Yang kita ajarkan semestinya memperbaiki dan mengutamakan hal ini. Beberapa aturan sederhana dapat dibuat untuk menangani kejadian sehari-hari tersebut tanpa mengganggu berlangsungnya pengalaman yang harus dicerap mereka. Pendekatan yang paling berhasil di antaranya adalah dengan menjaga atau merawat kotak pensil yang telah ditemukan, kemudian menyuruh siswa menuliskan “I LOVE U” atau hal lain yang menurutnya bermakna penting di kotak itu ketika mengambil pensil. Saat ia mengembalikan pensil atau menggantinya dengan yang lain, mereka dapat medapatkan kembali miliknya atau menyobek “I LOVE U” tadi. Jika tidak ada lagi pensil yang tersisa, berarti tidak ada lagi yang dapat dipinjamnya. Iapun harus meminjam ke salah seorang temannya. Dengan cara ini, tindakan pelanggaran yang terus-menerus bahkan dapat ditangani secara pribadi. Ingat, di luar sekolah seseorang tidak memiliki previlage untuk meminjam karena mereka mempunyai sebuah catatan tanpa bayar. Ini juga merupakan pelajaran lain bagi siswa untuk mengetahuinya.
7. Agar tidak mengganggu kelas, sediakan perlengkapan dengan cepat.
8. Mulailah siswa pada waktunya, atau ingatkan mereka bahwa mejaga janjinya dalam waktu lama juga merupa-kan masalah lain baik bagi guru maupun orangtuanya. Kita sudah begitu sering mendengar alasan lama, “Aku lupa waktu, jadi aku terlambat.” Anda akan menemukan siswa yang enggan lupa waktu bila kondisi waktunya tidak biasa. Beberapa waktu ke depan, Anda bisa mem-buat janji dengan seorang siswa, katakan paa siswa itu bahwa Anda akan menemuinya pada pukul 4.03 sore atau pukul 3.18 sore.
9. Buatlah tugas-tugas khusus untuk membantu siswa mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
10. Terimalah alasan pembelaan dari siswa dengan ramah, namun lakukanlah konferensi pribadi dengannya me-ngenai tanggung jawabnya setiap kali ia lupa.
11. Bekerja samalah dengan orangtuanya agar perilaku lupanya justru terjadi di rumah.
12. Buatlah aturan yang definitif bila setelah satu periode siswa masih suka lupa membawa perlengkapannya. Aturan yang dibuat harus fair dan wajar, mereka sendiri harus dilibatkan dalam penyusunan aturan itu.
13. Saat konseling pilihlah kata-kata yang penuh perhatian. Katakanlah, “saya pernah bilang apa?” ketimbang mengatakan, “saya ‘kan pernah bilang bahwa…” Kemudian, tuntunlah agar siswa dapat mengingatnya. Cabutlah satu previlage setiap kali ia lupa. Kemudian, kembalikan lagi previlage itu bila ia menunjukkan rasa tanggung jawabnya.
14. Jangan banyak melakukan penanganan lain di luar masalah perilaku lupanya tersebut. Bersabar dan realistislah bila perubahan itu tidak bisa berlangsung cepat . Namun demikian, konseling harus tetap jalan terus. Bantulah siswa memulai program jangka panjang untuk dirinya sendiri.
15. Jangan biarkan Anda sendiri merasa bingung akan perilaku lupanya itu. Jangan pula menanggapinya secara pribadi.
16. Ingatkan selalu siswa mengenai apa yang dibutuhkan-nya. Kalau perlu berilah ia sebuah buku catatan. Ini merupakan salah satu bentuk perhatian.
17. Hitunglah selalu berapa kali ia lupa membawa perleng-kapannya. Ingatlah, bahwa perbaikan merupakan tujuan Anda.
18. Berapa kali Anda pernah mendengar seorang guru berkata, “Aku bilang anu…juga bilang anu lagi … anu lagi padanya, tapi takpernah ada hasilnya. Dia ngga bisa mendengar kata-kata ‘aku bilang’ atau ‘aku katakan’.” Ya..dia enggan mendengar kata-kata itu dan lebih baik memilih untuk melupakannya. Guru seperti itu memiliki suatu masalah, yaitu terlalu banyak bicara. Bila hendak bercakap-cakap dengan seorang anak mengenai perilaku buruknya, acapkali guru mengalami kesulitan untuk mengadakan pembicaraan yang berbasis positif. Karena kabanyakan pembicaraan itu berkonotasi negatif, guru harus menyadari bahwa pembicaraan seperti itu meru-pakan pemborosan. Upayakanlah agar pembicaraan berlangsung dengan singkat dan jelas. Dengan demi-kian, siswa akan merespon Anda dengan baik. Siswa tidak sekadar menyimak dengan lebih baik, lebih dari itu siswa juga akan mengingat apa yang Anda katakan. Setiap orang, baik itu anak-anak maupun dewasa, umumnya akan mengabaikan pembicaraan yang menyangkut latar belakang dirinya, terutama latar belakangnya yang ia sendiri kurang menyukainya. Kalau ditanya mengenai hal tersebut, ia akan cenderung mengatakan lupa.
19. Sebagai reward, adakanlah perjanjian dengan siswa. Bila siswa mengingatnya berikan sebuah ganjaran.
20. Jangan pernah Anda suruh siswa itu mengingat lebih dari dua hal secara bersamaan. Anak yang benar-benar pelupa akan mengalami kesulitan besar mengingatnya.


G. KEKELIRUAN
1. Tidak bisa mengantisipasi apa-apa yang dibutuhkan siswa ini, dan justru memperkuat diri kita sendiri untuk menghidari masalah tersebut.
2. Mengabaikan dan menoak untuk menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan siswa.
3. Kehilangan akal terhadap perilaku siswa ini yang memang kerap muncul.
4. Ingin memberi hukuman kepada siswa ini secara tidak wajar.
5. Mencoba memberikan perlakuan tidak menyenangkan bila siswa ini lupa.
6. Melakukan ancaman-ancaman atau ultimatum.
7. Mengabaikan siswa –dan membiarkannya ‘duduk diam dan menderita’.
8. Memberi perhatian berlebihan kepada siswa si pelupa ini.
9. Memperlakukan siswa ini berbeda dengan siswa yang lain.
10. Tidak memiliki harapan yang tinggi terhadap siswa ini.
11. Memperlakukan siswa ini dengan disiplin keliwat long

Tidak ada komentar: